Valencia Vs Real Madrid - Kembalinya Sisi Beringas Vinicius Junior di Stadion Mestalla. Real Madrid meraih poin penuh

Valencia Vs Real Madrid

Valencia Vs Real Madrid – Kembalinya Sisi Beringas Vinicius Junior di Stadion Mestalla. Real Madrid meraih poin penuh dengan susah payah dalam lawatan ke markas Valencia, Stadion Mestalla, Sabtu (4/1/2025) dini hari WIB.

”Los Blancos” menang 2-1, tetapi kembali mengalami deja vu dengan sikap pemain sayap andalannya, Vinicius Junior, yang rajaburma88 diganjar kartu merah. Hanya di Mestalla Vinicius berubah menjadi arogan dan tidak terkendali.

Insiden kartu merah Vinicius terjadi pada menit ke-79. Real saat itu tengah berupaya keras mencetak gol penyeimbang setelah lebih dulu kebobolan gol Hugo Duro pada menit ke-27. Vinicius terprovokasi tindakan kiper Valencia Stole Dimitrievski yang menyuruhnya cepat bangkit setelah kalah dalam duel perebutan bola. Tidak terima kepalanya disentuh, Vinicius membalas dengan mendorong wajah Dimitrievski.

Kejadian tersebut luput dari pengamatan wasit Cesar Soto Grado. Dengan bantuan video pembantu wasit (VAR), Grado meninjau kembali insiden antara Dimitrievski dan Vinicius. Hasilnya, Vinicius dianggap melakukan pelanggaran berat sehingga diganjar kartu merah.

Reaksi Vinicius begitu meledak-ledak saat mendapat kartu merah. Dia bahkan harus ditahan oleh rekan setimnya, Antonio Ruediger, agar tidak menyerang wasit. Dengan cepat, para pemain dan staf Real menggiring Vinicius masuk ke ruang ganti untuk mendinginkan kepalanya.

”Kami menilai seharusnya dua pemain (Dimitrievski dan Vinicius) mendapatkan kartu kuning, tetapi wasit memberi Vinicius kartu merah. Kami akan mengajukan banding. Saya tidak yakin mereka akan mengabulkannya, tapi kami merasa itu (kartu merah) tidak seharusnya,” kata Pelatih Real Carlo Ancelotti, dikutip dari laman resmi klub.

Ini yang kedua kalinya Vinicius mendapatkan kartu merah di Stadion Mestalla. Musim lalu, Vinicius juga terprovokasi ujaran rasisme dari pendukung dan pemain Valencia. Bedanya, musim lalu Real takluk 0-1.

Kali ini, meski harus bermain dengan 10 orang sejak menit ke-79, Real mampu membalikkan keadaan melalui gol Luka Modric dan Jude Bellingham pada menit-menit akhir. Real bisa saja unggul dengan skor lebih meyakinkan, tetapi gol Kylian Mbappe dianulir wasit akibat offside. Selain itu, Bellingham gagal mengoptimalkan eksekusi penalti untuk menyamakan kedudukan setelah tembakannya membentur tiang.

Kurang ramah

Stadion Mestalla memang menjadi tempat yang kurang ramah bagi Vinicius. Di sanalah sisi gelap sepak bola Spanyol terpampang nyata. Rasisme ternyata masih mengakar kuat di Spanyol, terutama Mestalla. Di sisi lain, Real barangkali mulai menyadari bahwa bakat besar Vinicius belum cukup ditopang oleh kecerdasan emosionalnya.

Perangai Vinicius yang reaktif dan meledak-ledak menjadi sasaran empuk peluru rasisme. Dia begitu mudah bereaksi berlebihan sehingga justru menjadikan dirinya sasaran tembak. Rasisme memang hal yang harus dilawan, tetapi dengan cara yang lebih elegan.

Saat bermain di Mestalla yang dipenuhi sorakan intimidatif terhadapnya, Vinicius merespons dengan bermain ngotot dalam setiap perebutan bola. Setiap kali ia kalah duel, emosinya meledak. Sentuhan dari Dimitrievski membakar dendam Vinicius yang pernah dilecehkan terang-terangan di Mestalla musim lalu hingga reaksinya terkesan berlebihan.

Dengan begitu, jadilah Mestalla sebagai neraka bagi Vinicius. Sepanjang karier Vinicius di Real, hanya dua kali dia mendapatkan kartu merah. Itu semua terjadi kala menghadapi Valencia.

Vinicius kemudian menyampaikan permintaan maaf akibat tindakannya itu melalui akun media sosial X (dulu Twitter). Namun, ucapan permintaan maafnya pun masih terkesan dibumbui dengan maksud memprovokasi pendukung Valencia. ”Maaf dan terima kasih tim,” tulis Vinicius yang turut menyematkan karakter gambar (emoji) telunjuk dan jari tengah membentuk huruf V simbol dari victory (kemenangan).

Walau menang, Real terancam tidak akan diperkuat Vinicius dalam empat pertandingan. Jika banding Real berhasil, bisa jadi kartu merah Vinicius dicabut sebagaimana musim lalu. Satu hal yang pasti, bakat besar tanpa kecerdasan emosional yang memadai bisa menjadi pedang bermata dua.

Selama Vinicius masih terus melawan rasisme dengan cara serta keyakinannya, selama itu pula Mestalla akan menjadi neraka baginya.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *