Konflik Israel-Iran yang semakin memanas dalam beberapa pekan terakhir telah menarik perhatian dunia, termasuk kekuatan besar seperti Tiongkok. Dengan kepentingan ekonomi, energi, dan geopolitik yang signifikan di kawasan Timur Tengah, posisi Tiongkok dalam konflik ini tidak hanya mencerminkan kebijakan luar negeri pragmatis, tetapi juga strategi global yang matang. Artikel ini mengulas secara mendalam bagaimana Tiongkok menempatkan dirinya di tengah ketegangan Israel-Iran, dengan analisis berbasis data terbaru, pandangan ahli, dan implikasi kebijakan internasional.

Pendahuluan: Konflik Israel-Iran dan Kepentingan Global

Konflik antara Israel dan Iran telah berlangsung lama, namun eskalasi terbaru yang terjadi pada tahun 2025 dengan serangan udara dan ancaman penutupan Selat Hormuz menimbulkan kekhawatiran global. Selat Hormuz sendiri merupakan jalur vital perdagangan minyak dunia, yang mengalirkan sekitar 20% kebutuhan minyak global, termasuk 45% kebutuhan energi Tiongkok. Dalam konteks ini, setiap gangguan di kawasan tersebut berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi dan keamanan energi global.

Tiongkok, sebagai konsumen energi terbesar kedua di dunia, memiliki kepentingan langsung untuk menjaga stabilitas kawasan ini. Namun, selain kepentingan ekonomi, Tiongkok juga menghadapi dilema geopolitik yang kompleks terkait hubungan dengan Iran, Israel, dan Amerika Serikat (AS).

Posisi Tiongkok: Mediator Diplomatik dan Penjaga Stabilitas

Seruan De-eskalasi dan Gencatan Senjata

Sejak konflik meningkat, Tiongkok secara aktif menyerukan de-eskalasi ketegangan antara Israel dan Iran. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Guo Jiakun, menegaskan pentingnya mencegah perang meluas dan mengembalikan penyelesaian melalui jalur politik dan diplomasi. Tiongkok juga menolak keras serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran, yang dianggap melanggar hukum internasional dan Piagam PBB.

Langkah Tiongkok untuk mengusulkan rancangan resolusi di Dewan Keamanan PBB bersama Rusia dan Pakistan yang menyerukan gencatan senjata tanpa syarat, perlindungan warga sipil, dan dialog diplomatik menunjukkan ambisi Beijing menjadi kekuatan global yang bertanggung jawab dalam menjaga perdamaian dunia.

Kepentingan Energi dan Ekonomi

Kepentingan utama Tiongkok dalam konflik ini adalah menjaga kelancaran pasokan energi dari Timur Tengah. Gangguan di Selat Hormuz dapat berdampak langsung pada ekonomi Tiongkok dan proyek-proyek investasi besar seperti Belt and Road Initiative (BRI) yang tersebar di kawasan tersebut. Pakar Taihe Institute, Einar Tangen, menyebut runtuhnya pemerintahan Iran sebagai “skenario mimpi buruk” yang dapat mengganggu pasokan minyak dan menciptakan kekosongan kekuasaan yang merugikan kepentingan Tiongkok.

Untuk itu, Tiongkok berupaya menjaga hubungan strategis dengan Iran, yang merupakan mitra penting dalam pasokan energi dan investasi infrastruktur, sekaligus menghindari konfrontasi langsung dengan AS yang mendukung Israel.

Sikap Netral namun Mendukung Iran secara Retoris

Tiongkok menjaga jarak dengan konflik militer langsung, namun tetap memberikan dukungan retoris kepada Iran. Beijing menolak pelanggaran kedaulatan Iran dan mengutuk serangan Israel, namun tidak secara eksplisit mengutuk Iran dalam pernyataan resmi. Sikap ini mencerminkan keseimbangan antara mendukung sekutu strategisnya dan menghindari keterlibatan langsung dalam perang yang bisa memperburuk ketegangan global.

Selain itu, Tiongkok juga memberikan bantuan kemanusiaan kepada Palestina dan Lebanon, yang menunjukkan dukungan Beijing terhadap isu-isu kemanusiaan di kawasan Timur Tengah tanpa terjebak dalam konflik militer.

Studi Kasus: Evakuasi Warga dan Diplomasi Aktif

Tiongkok juga menunjukkan tanggung jawabnya dengan mengevakuasi ratusan warganya dari Iran dan Israel di tengah meningkatnya risiko keamanan. Ini mencerminkan kesiapan Beijing dalam mengelola risiko langsung akibat konflik dan menjaga keselamatan warga negaranya.

Diplomasi aktif dilakukan dengan menjaga komunikasi intensif dengan berbagai pihak, termasuk Iran, Israel, Mesir, dan Oman, untuk mendorong langkah-langkah meredakan ketegangan. Pendekatan ini menunjukkan pengalaman dan keahlian Tiongkok dalam diplomasi multilateral yang kompleks.

Analisis: Strategi Tiongkok dalam Konflik Israel-Iran

Realisme Diplomatik dan Kepentingan Nasional

Tiongkok mengadopsi pendekatan realis dalam kebijakan luar negerinya, di mana kepentingan nasional menjadi prioritas utama. Dalam konteks konflik Israel-Iran, Beijing mengutamakan stabilitas kawasan untuk menjaga pasokan energi dan investasi strategis, tanpa terlibat dalam konfrontasi militer langsung yang berisiko memperburuk hubungan dengan AS.

Peran Sebagai Penyeimbang Global

Dengan menempatkan diri sebagai mediator dan penengah, Tiongkok berupaya memperkuat citra sebagai kekuatan global yang bertanggung jawab dan mampu mengambil peran konstruktif dalam penyelesaian konflik internasional. Ini juga menjadi bagian dari strategi Tiongkok untuk memperluas pengaruhnya di Timur Tengah dan mengimbangi dominasi AS di kawasan tersebut.

Risiko dan Tantangan

Meski demikian, posisi Tiongkok tidak tanpa risiko. Keterlibatan diplomatik yang intens dapat menimbulkan tekanan dari pihak-pihak yang berkepentingan, terutama AS dan Israel. Selain itu, spekulasi tentang dukungan diam-diam Tiongkok kepada Iran dalam bentuk bantuan logistik atau militer menambah ketegangan geopolitik. Namun, hingga kini Beijing tetap menegaskan komitmennya pada penyelesaian damai dan menolak eskalasi militer.

Kesimpulan: Tiongkok sebagai Kunci Stabilitas dan Perdamaian Timur Tengah

Tiongkok memainkan peran penting di tengah ketegangan Israel-Iran dengan mengedepankan diplomasi, seruan gencatan senjata, dan perlindungan kepentingan nasionalnya. Sikap pragmatis Beijing yang menyeimbangkan dukungan retoris kepada Iran dan penolakan terhadap eskalasi militer menunjukkan pengalaman dan keahlian dalam mengelola konflik global yang kompleks.

Bagi pembaca dan pengamat internasional, langkah Tiongkok ini mengajarkan pentingnya diplomasi aktif dan pendekatan multilateral dalam mengatasi konflik yang berpotensi berdampak luas. Di tengah ketidakpastian geopolitik, Tiongkok menawarkan model keterlibatan yang mengedepankan stabilitas dan dialog, yang dapat menjadi pelajaran berharga bagi upaya perdamaian dunia.

Rekomendasi Tindakan

  • Pengamat dan pembuat kebijakan harus terus memantau peran Tiongkok sebagai mediator dan dampak kebijakan Beijing terhadap dinamika konflik Timur Tengah.
  • Investor dan pelaku bisnis perlu memperhitungkan risiko geopolitik di kawasan ini dan menyesuaikan strategi investasi dengan perkembangan konflik dan kebijakan Tiongkok.
  • Masyarakat internasional didorong untuk mendukung upaya diplomasi dan resolusi damai yang melibatkan kekuatan global seperti Tiongkok guna mencegah eskalasi lebih lanjut dan menjaga stabilitas ekonomi global.

Dengan pendekatan yang berimbang dan berorientasi pada penyelesaian damai, Tiongkok menunjukkan bahwa di tengah ketegangan global, diplomasi dan kepentingan bersama dapat menjadi jalan keluar yang efektif dan berkelanjutan.

Artikel ini disusun berdasarkan data dan analisis terbaru dari sumber terpercaya seperti CNBC Indonesia, CNA, Kompas TV, TRT Global, dan BBC, serta wawancara dengan para ahli dan pengamat geopolitik.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *