Tanda Memudarnya Ego Filosofi Guardiola – Rentetan hasil buruk Manchester City agaknya membuat Pep Guardiola melunak sehingga mengesampingkan ego filosofi permainannya.
Manajer asal Spanyol itu sebelumnya dikenal keras dalam mempertahankan prinsip. Namun, Guardiola menunjukkan hal-hal di luar kebiasaannya pada dua laga terbaru City. Kecenderungan Kencana69 melemahnya ego filosofi Guardiola juga tampak ketika City membungkam West Ham, 4-1, di Stadion Etihad, Manchester, Sabtu (4/1/2025) malam WIB.
Itu merupakan kemenangan kedua City secara beruntun. Pada laga sebelumnya, City menjungkalkan Leicester City, 2-0. Hasil ini menjadi semacam oase bagi City yang sempat hanya meraih satu kemenangan dari 13 pertandingan di seluruh kompetisi.
Meraih serangkaian hasil buruk tampaknya memberi ruang bagi Guardiola untuk berkompromi. Guardiola tidak lagi kukuh dengan filosofi permainan yang melekat dengan dirinya. Sebagai manajer papan atas, Guardiola dikenal sangat mengutamakan dominasi penguasaan bola. Selain itu, dia juga terkenal suka menempatkan pemain pada posisi terbalik (inverted winger).
Konsep inverted ini mengacu pada pilihan menempatkan pemain dengan kaki terkuat di posisi sebaliknya. Contoh paling mudah untuk memahami konsep inverted adalah dengan melihat cara bermain Arjen Robben saat masih memperkuat Bayern Muenchen. Roben adalah pemain yang dominan menggunakan kaki kiri.
Merujuk pada pemahaman sepak bola klasik, pemain dengan kaki kiri sebaiknya ditempatkan pada posisi sayap kiri. Dengan menempatkan pemain kidal di sayap kiri, dia tidak perlu berbelok atau membalikkan badan agar bola berada pada kaki terkuatnya sebelum menembak.
Performa gemilang Robben di Muenchen membalik pemahaman itu. Dia justru mampu mengecoh lawan lalu melepaskan tembakan keras dengan kaki kiri saat bermain di sayap kanan.
Kegemaran Guardiola dalam menerapkan filosofi inverted winger ini tecermin dari caranya menempatkan Jeremy Doku pada pos sayap kiri. Pemain asal Belgia itu dominan bermain dengan kaki kanan. Meski mendapat penempatan terbalik, Doku mampu tampil eksplosif. Kepiawaian berduel satu lawan satunya dilengkapi dengan kekuatan serta akurasi tembakan.
Menghadapi West Ham, Guardiola melunakkan egonya. Dia tidak lagi memaksakan konsep inverted winger dengan memasukkan Doku di sayap kiri. Alih-alih Doku, Guardiola justru memercayakan pos sayap kiri kepada Savinho yang memang lebih dominan menggunakan kaki kirinya.
Hasilnya sesuai ekspektasi. Pergerakan Savinho mengawali gol pembuka City. Pemain asal Brasil itu begitu sulit dihentikan barisan bek West Ham sebelum melepaskan tembakan keras kaki kiri yang membentur Vladimir Coufal. Bola yang berbelok menyulitkan kiper West Ham, Alphonse Areola, menghentikannya.
Peran Savinho tidak berhenti di sana. Ia kembali mengarsiteki gol kedua City yang dicetak penyerang Erling Haaland. Setelah sukses melewati bek West Ham, Savinho melepaskan umpan terukur dengan kaki kiri yang melewati hadangan Coufal. Haaland hanya perlu melompat sedikit untuk menanduk bola dengan mudahnya.
Kombinasi Savinho dan Haaland benar-benar menjadi momok bagi barisan pertahanan West Ham. Gol ketiga City lahir dari umpan terobosan Savinho yang dikonversi secara sempurna oleh Haaland. City semakin menjauh setelah Phil Foden mencetak gol keempat. Adapun gol balasan West Ham dilesakkan penyerang Niclas Fuellkrug.
”Memiliki pemain berkaki kiri di sisi kiri, ini seperti sepak bola klasik. Tapi, dua asisnya (Savinho) brilian. Ada sekilas kecemerlangan,” ucap Guardiola ketika disinggung mengenai performa Savinho.
Pengalaman kedua
Ini menjadi pengalaman kedua bagi pendukung City menyaksikan Guardiola menegasikan ego filosofinya. Sebelumnya saat menang atas Leicester, Guardiola juga tidak memaksakan filosofi penguasaan bola.
Pada laga itu, untuk pertama kalinya, City kalah dalam penguasaan bola, khususnya pada babak kedua. Para pemain City juga tidak agresif menekan pemain Leicester saat membangun serangan. ”The Citizens” lebih reaktif, menunggu momentum serangan balik. Pilihan ini diambil Guardiola karena dalam rangkaian kekalahan beruntun City sebelumnya, para lawan mengeksploitasi kelemahan transisi bertahan City.
”Ini langkah kecil. Ada saat-saat kami bermain bagus dan ada saat-saat yang kurang bagus. Namun, hasilnya jauh lebih baik daripada saat melawan Leicester. Pada akhirnya, kami kehilangan sedikit energi, tetapi ada beberapa peningkatan, jadi tidak apa-apa,” ujar gelandang City, Kevin De Bruyne.
Di sisi lain, kekalahan dari City kian menambah tekanan terhadap Manajer West Ham Julen Lopetegui. Dalam dua laga terakhir, West Ham menjadi lumbung gol. Sebelumnya mereka dikalahkan Liverpool, 0-5. Dengan begitu, West Ham sudah kebobolan sembilan gol dan hanya melesakkan satu gol dalam dua laga.