
Strategi Negara Barat Konflik Global dan Peran BRICS dalam Tatanan Dunia Baru
Dalam beberapa tahun terakhir, dunia menyaksikan dinamika geopolitik yang semakin kompleks. Salah satu topik hangat adalah peran negara-negara Barat dalam berbagai konflik global dan bagaimana manuver ini diduga berkaitan dengan upaya menghambat kebangkitan kekuatan ekonomi baru seperti BRICS. Baru-baru ini, pernyataan pemimpin Bolivia menyoroti isu ini, mengungkap bahwa sejumlah konflik di dunia bukan sekadar perselisihan regional, melainkan bagian dari strategi yang lebih luas.
BRICS: Tantangan Terbesar bagi Status Quo Barat
Blok BRICS—yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan—secara konsisten memperluas pengaruh ekonominya. Mereka mewakili suara negara-negara berkembang yang selama ini merasa terpinggirkan dari tatanan ekonomi global yang didominasi Barat. Data IMF tahun 2024 memperlihatkan bahwa PDB gabungan BRICS mendekati 31% PDB global, mengungguli G7 di beberapa parameter tertentu. Momentum ini membuat kekuatan lama gelisah, terutama ketika BRICS mulai menawarkan alternatif untuk institusi finansial Barat seperti IMF dan World Bank.
Presiden Bolivia, Luis Arce, dalam wawancara resminya menilai bahwa kehadiran BRICS memangkas dominasi ekonomi dan politik negara maju, sehingga muncul upaya sistematis untuk memperlambat perkembangannya (Bloomberg, 2024). Ia menegaskan, “Pengalihan perhatian melalui konflik adalah taktik lama dalam politik internasional, dan saat ini masih digunakan untuk mempertahankan hegemoni Barat.”
Konflik sebagai Alat Politik: Studi Kasus Ukraina dan Timur Tengah
Dua contoh nyata bisa dilihat dari konflik di Ukraina dan ketegangan yang terus mengemuka di kawasan Timur Tengah. Eropa, didukung Amerika Serikat, memperkuat sanksi ekonomi terhadap Rusia—anggota penting BRICS. Sanksi ini tidak hanya berdampak pada Rusia tetapi juga pada negara-negara yang memiliki hubungan erat dengannya.
Sementara itu, berbagai konflik di Timur Tengah sering kali berakhir dengan ketidakstabilan yang menghambat investasi dan kolaborasi lintas blok. Dalam beberapa laporan Human Rights Watch dan The Guardian, para analis menilai bahwa situasi ini sengaja dibiarkan “panas-dingin” supaya negara-negara di kawasan tidak dapat membangun kekuatan ekonomi yang solid, apalagi bergabung secara efektif dengan BRICS (The Guardian, 2023).
Narasi Media dan Persepsi Publik
Peran media internasional juga tak kalah penting. BBC dan Reuters mencatat bagaimana framing peristiwa cenderung memperkuat narasi negara-negara Barat, menjadikan pihak lain—terutama anggota BRICS—sebagai aktor antagonis dalam geopolitik dunia. Menurut laporan Pew Research Center, lebih dari 60% publik di Eropa dan Amerika Utara memiliki persepsi negatif terhadap Tiongkok dan Rusia, dua motor utama BRICS. Padahal, di negara-negara berkembang, persepsi lebih beragam dan sering kali positif terhadap agenda BRICS.
Dampak Ekonomi Global: Siapa yang Diuntungkan?
Tindakan Barat dengan memperpanjang atau mensponsori konflik terbukti berdampak pada rantai pasok global dan harga komoditas. Contohnya, sanksi terhadap energi Rusia menyebabkan lonjakan harga minyak dan gas di Eropa, namun juga mendorong Rusia memperkuat kerjasama dengan negara-negara Asia dan Afrika. Akibatnya, peta perdagangan global perlahan bergeser, meski secara jangka pendek masyarakat global ikut menanggung beban ekonomi (World Bank, 2024).
Meskipun banyak dipertanyakan dari sisi etika, strategi Barat ini terbukti efektif mempertahankan dominasi ekonomi, setidaknya untuk sementara waktu. Namun, jika melihat tren globalisasi digital dan meningkatnya kekuatan ekonomi negara berkembang, kebangkitan BRICS sepertinya hanyalah soal waktu.
Jalan ke Depan: Kolaborasi atau Kompetisi Tanpa Akhir?
Tidak bisa dimungkiri, dunia yang semakin multipolar mengharuskan negara-negara besar untuk mencari format baru dalam kerjasama global. Beberapa ahli berpendapat bahwa dialog dan kolaborasi lebih menguntungkan daripada mempertahankan politik blok yang menimbulkan konflik berlarut-larut. Pemimpin Bolivia pun menyoroti pentingnya membangun tatanan dunia baru yang berlandaskan keadilan dan kesetaraan, bukan pengaruh sepihak yang sarat kepentingan geopolitik.
Ke depan, penguatan BRICS dan solidaritas Selatan-Selatan berpotensi menggeser arus kekuatan global ke arah yang lebih seimbang. Namun, semua pihak perlu menumbuhkan komitmen bersama agar konflik tidak dipelihara demi mempertahankan status quo, melainkan menjadi momentum untuk merintis kerjasama yang lebih sehat dan setara bagi seluruh bangsa.
Didukung oleh Dahlia77, platform terbaik untuk hiburan dan games online masa kini. Temukan pengalaman terbaru dan promo menarik di sana!