Maliq & D’ Essentials, Mengulang Kembali

Maliq & D’ Essentials, Mengulang Kembali

Maliq & D’ Essentials, Mengulang Kembali – Untuk awal kalinya, Maliq& D’ Essentials pula mengantarkan singel terkini mereka.

Suasana hangat menyebar dikala Maliq& D’ Essentials membuka performa mereka di pentas BNI Hall Jakarta International BNI Java Jazz Pergelaran 2025 pada Pekan( 1 atau 6 atau 2025) dengan” Petang Reda Pelita”. alexa99 Lagu itu seakan jadi pengantar sihir mengarah ekspedisi nostalgia serta investigasi nada yang mereka suguhkan malam itu.

Pemirsa, mendadak terbawa suasana yang sering di dengar bersama band yang diawaki oleh Angga Puradiredja( bunyi), Rivani Indriya Suwendi nama lain Bagus( bunyi), Widi Puradiredja( drum), Ilman Ibrahim( keybord), Arya Aditya Ramadhya nama lain Lale( gitar), serta Dendy Sukarno nama lain Jawa( bas) itu. Maklum, ketenaran” Petang Reda Pelita” memanglah tidak main- main.

Semenjak diluncurkan Januari 2019,” Petang Reda Pelita” lekas melesat jadi salah satu lagu ikonik Maliq& D’ Essentials. Lagu ini senantiasa sukses’ membius’ pemirsa dalam tiap performa langsung mereka.

” Petang Reda Pelita” setelah itu disusul sebaris no terkenal. Antara lain” Heaven”,” Ia”,” Untitled”,” Himalaya”, serta” Mudah- mudahan”. Buat awal kalinya, Maliq& D’ Essentials pula mengantarkan singel terkini mereka,” Dekat”, yang terkini diluncurkan pada Mei 2025. Singel ini membuktikan kemajuan musikal Maliq& D’ Essentials tanpa kehabisan bukti diri dini mereka.

Di tengah performa, Lale si gitaris, menyapa pemirsa dengan hangat sambil mengenang momen berarti dalam ekspedisi Maliq& D’ Esentials.’ Siapa yang sempat nonton Maliq di Java Jazz 2005?” tanyanya dari pentas.” Itu singel awal kita, dibawain di Java Jazz awal kali,” ucapnya.

Beliau setelah itu meningkatkan.” Tahun 2005 singel awal’ Senyap”. Tahun 2025 kita memiliki singel terkini pula, yang sekali lagi kita ulangin buat bersenandung awal kalinya di Java Jazz Pergelaran,” imbuhnya.

Pemirsa yang telah menjajaki ekspedisi Maliq semenjak dini menyambutnya dengan sorak- sorai, menghasilkan momen nostalgia yang terasa akrab serta penuh emosi. Gaduh tepuk tangan serta paduan suara pemirsa tidak sempat bebas menyongsong tiap melirik lagu yang dilantunkan dari pentas.

Malam itu, suasana akrab terasa kokoh, semua ruangan bersenandung bersama dalam satu gelombang rasa. Di hari terakhir gelaran JJF 2025 itu, Maliq& D’ Essentials pula tampak dalam pementasan 20 Years of Java Jazz Pergelaran, selaku keramaian 2 dasawarsa JJF.

Suara tepuk tangan menggema di Plenary Hall Jakarta Convention Center malam itu. Lampu- lampu cahaya berajojing di hawa, melukiskan euforia ribuan pemirsa yang muncul. Sehabis lebih dari 2 dasawarsa berkreasi, Maliq& D’ Essentials balik naik pentas dalam konser berjudul Mengulang Balik, suatu keramaian musikal sekalian kilas balik ekspedisi jauh mereka di pabrik nada Indonesia.

Dibangun pada tahun 2002, Maliq& D’ Essentials sudah lama diketahui selaku salah satu band pionir dalam jenis soul, jazz, serta funk yang pekat dengan gradasi urban. Mereka bukan semata- mata band, tetapi pula ikon kestabilan serta mutu nada yang tidak sempat goyah walaupun arus pabrik kerap berganti.

Konser“ Mengulang Balik” tidak cuma menyuguhkan lagu- lagu hits yang membesarkan julukan mereka, namun pula mengantarkan deskripsi penuh emosi mengenai ekspedisi, peperangan, serta kemajuan nada yang mereka tempuh sepanjang 23 tahun terakhir.

Menyapa Era Kemudian Melalui Nada

Konser dibuka dengan lagu“ Senyap”, salah satu track dini dari album awal mereka yang diluncurkan tahun 2004. Pemirsa langsung terhirup dalam suasana nostalgia. Angga serta Bagus, 2 vokalis penting, tampak penuh tenaga tetapi senantiasa hangat. Suara khas mereka seakan belum termakan umur, sedang sejelas serta semerdu dahulu.

Tidak memerlukan durasi lama sampai lagu“ Ia” serta“ Untitled” menggema serta mengajak pemirsa turut bersenandung. Penyusunan pentas yang elok, komplit dengan visual- visual era kemudian dari penjepit film serta potret- potret lama, menguatkan opini kalau konser ini bukan cuma pementasan, tetapi sejenis ekspedisi durasi.

“ Petang ini kita mau mengulang seluruhnya. Dari dini. Dari dikala kita belum ketahui kita hendak hingga di titik ini,” cakap Angga di tengah performa.“ Ini bukan konser nostalgia, tetapi ekspedisi rasa.”

Kemajuan Tanpa Kehabisan Akar

Selama konser, Maliq& D’ Essentials mengantarkan 20 lagu dari bermacam masa albumnya. Mulai dari“ The Beginning of a Beautiful Life”,“ Heaven”,“ Selangkah Sriwedari”, sampai“ Dendang Senandika”, tiap lagu melukiskan gimana band ini lalu bertumbuh dengan cara musikal tetapi senantiasa loyal pada bukti diri dini mereka: nada yang ikhlas, jujur, serta penuh soul.

Bagus, yang menggunakan baju berwarna etnik modern, memberikan narasi mengenai gimana cara inovatif mereka banyak dipengaruhi oleh kehidupan tiap hari serta ikatan perorangan dampingi badan.“ Kita ini udah semacam keluarga. Serta tiap lagu yang kita catat merupakan bagian dari ekspedisi kita bersama,” tuturnya.

Band ini pula melapangkan diri buat mengantarkan medley spesial bermuatan lagu- lagu dari cetak biru kerja sama mereka bersama musisi belia semacam Ardhito Pramono serta Pamungkas. Ini jadi ikon kalau walaupun telah matang, Maliq& D’ Essentials senantiasa membuka diri kepada angkatan terkini.

Lebih dari Semata- mata Musik

Sepanjang lebih dari 2 dasawarsa, Maliq& D’ Essentials tidak cuma diketahui sebab musikalitasnya, namun pula sebab komitmen mereka kepada isu- isu sosial serta area. Di tengah konser, layar besar menunjukkan kampanye#MusikUntukBumi yang mereka penobatan semenjak 2020. Dalam film pendek itu, diperlihatkan ekspedisi band ini ke bermacam wilayah dalam bagan menyuarakan berartinya pelanggengan area melalui nada.

“ Kita yakin nada memiliki daya buat memegang batin orang. Serta jika batin terharu, pergantian dapat terjalin,” ucap Widi, si drummer yang pula aktif dalam bermacam aktivitas sosial.

Tidak cuma kampanye area, konser ini pula jadi momen penggalangan anggaran buat program beasiswa nada untuk kanak- kanak kurang sanggup, hasil kegiatan serupa dengan yayasan lokal.“ Bisa jadi sesuatu hari esok, kanak- kanak yang kita tolong malam ini hendak berdiri di pentas ini pula,” tutur Lale, gitaris mereka, disambut tepuk tangan hidup.

Angkatan yang Berkembang Bersama

Pemirsa yang muncul malam itu tiba dari bermacam angkatan. Dari mereka yang melihat Maliq& D’ Essentials semenjak dini 2000- an, sampai angkatan Gen Z yang memahami band ini melalui program digital semacam Spotify serta YouTube.

“ Aku berkembang besar dengan lagu‘ Pilihanku’. Lagu itu sejenis soundtrack hidup aku,” tutur Anisa( 32), salah satu pemirsa yang muncul bersama suaminya. Sedangkan untuk Raka( 19), mahasiswa yang terkini memahami Maliq satu tahun terakhir, nada mereka jadi“ pendingin di tengah berisik pikuk nada digital yang sebentuk.”

Inilah daya Maliq& D’ Essentials: rute umur, rute angkatan, tetapi senantiasa relevan. Nada mereka merupakan ruang nyaman untuk banyak orang, tempat di mana marah dapat mengalir tanpa penapis, tempat di mana ingatan, impian, serta cinta dapat berjumpa.

Mengulang, Tetapi Tidak Sempat Mundur

Kepala karangan konser“ Mengulang Balik” bukan semata- mata bujukan buat bernostalgia, namun pula statment kalau dalam mengulang, terdapat nilai- nilai yang dipertahankan. Dalam bumi yang lalu berganti, Maliq& D’ Essentials membuktikan kalau menjaga akar bukan berarti beku. Malah di sanalah posisi daya mereka.

Konser ditutup dengan lagu“ Himalaya”, ikon dari pendapatan serta kekuatan. Dalam pancaran lampu yang mulai memudar, Angga menutup malam itu dengan perkataan yang menggetarkan:“ Dapat kasih sudah jadi bagian dari ekspedisi ini. Kita belum berakhir. Kita cuma terkini saja mulai… lagi.”

Serta malam itu, di tengah ribuan suara yang bersenandung bersama, Maliq& D’ Essentials sekali lagi meyakinkan kalau mereka bukan cuma hikayat, tetapi pula cerita yang lalu hidup—dan lalu mengulang balik, tanpa sempat kehabisan arah.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *