Dalam dua tahun terakhir, India telah muncul sebagai salah satu pemain kunci dalam pasar minyak global, khususnya lewat peningkatan signifikan pembelian minyak mentah dari Rusia. Perubahan ini bukan hanya soal harga, tetapi juga strategi diversifikasi dan respons atas dinamika geopolitik, terutama setelah konflik Rusia-Ukraina dan ketegangan di Timur Tengah. Artikel ini mengulas secara mendalam faktor-faktor di balik lonjakan impor minyak Rusia oleh kilang India, dampaknya terhadap pasar energi global, serta implikasi jangka panjang bagi strategi energi nasional India.
Dominasi Baru: India Menjadi Pembeli Utama Minyak Rusia
Lonjakan pembelian minyak mentah Rusia oleh India sangat mencolok pada 2025. Data dari Kpler menunjukkan bahwa India telah membeli sekitar 80% ekspor minyak Urals Rusia yang dikirim melalui laut sepanjang tahun ini, dengan dua kilang swasta terbesar—Reliance Industries dan Nayara Energy—menguasai 45% dari total volume tersebut. Reliance, milik Mukesh Ambani, bahkan menjadi pembeli tunggal terbesar minyak Urals di dunia, dengan kontrak jangka panjang hingga 500.000 barel per hari senilai sekitar $13 miliar per tahun.
Kilang-kilang ini memanfaatkan harga diskon yang ditawarkan Rusia, terutama setelah negara-negara Barat menjatuhkan sanksi dan memboikot minyak Rusia pasca invasi ke Ukraina. Diskon yang sebelumnya mencapai $8–10 per barel kini berkisar $3–5 per barel, namun tetap menarik bagi kilang India yang sangat sensitif terhadap harga. ICRA mencatat, strategi ini telah menghemat tagihan impor minyak India hingga $7,9 miliar dalam 11 bulan terakhir FY24.
Faktor Pendorong: Harga, Geopolitik, dan Diversifikasi
1. Harga Diskon dan Fleksibilitas Pembayaran
Rusia menawarkan harga lebih murah dibandingkan pemasok tradisional dari Timur Tengah. Selain itu, transaksi sering dilakukan dalam mata uang non-dolar seperti rubel, yuan, dan dirham, mengurangi risiko terkait sanksi Barat dan fluktuasi dolar AS. Reliance Industries, misalnya, telah menandatangani kesepakatan pembelian minyak dalam rubel melalui HDFC Bank India dan Gazprombank Rusia.
2. Diversifikasi Sumber dan Rute Pengiriman
Ketegangan di Timur Tengah, khususnya ancaman penutupan Selat Hormuz akibat konflik Iran-Israel, mendorong India mencari sumber minyak yang logistiknya tidak bergantung pada jalur tersebut. Minyak Rusia, yang dikirim lewat Laut Merah, Terusan Suez, atau rute Tanjung Harapan, menjadi alternatif strategis yang mengurangi risiko gangguan pasokan.
3. Perubahan Strategi Nasional
India secara historis sangat bergantung pada minyak Timur Tengah. Namun, sejak 2022, porsi minyak Rusia dalam total impor India melonjak dari kurang dari 1% menjadi sekitar 40–44% pada pertengahan 2025, melampaui gabungan impor dari Irak, Arab Saudi, UEA, dan Kuwait. Ini mencerminkan pergeseran mendasar dalam strategi energi nasional India, yang kini lebih pragmatis dan oportunistik.
Studi Kasus: Reliance dan Nayara Energy
Reliance Industries, operator kilang terbesar dunia, telah mengambil 77 juta barel minyak Urals tahun ini, menjadikan Urals 36% dari total pembelian minyak mereka, naik dari 10% pada 2022. Nayara Energy, yang dimiliki sebagian oleh Rosneft Rusia, bahkan lebih agresif: 72% dari total pembelian minyaknya kini berasal dari Rusia, naik drastis dari 27% tiga tahun lalu. Kedua perusahaan ini tidak hanya mengamankan pasokan jangka panjang, tetapi juga memperkuat posisi tawar India di pasar global.
Dampak Global: Reposisi Pasar dan Implikasi Geopolitik
1. Pendapatan Rusia dan Efektivitas Sanksi
India kini menjadi sumber pendapatan utama bagi Rusia, menggantikan pasar Eropa yang hilang akibat sanksi. Dalam enam bulan pertama 2025 saja, India telah membeli 231 juta barel minyak Urals, memberikan pemasukan signifikan bagi Kremlin. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas sanksi Barat dan memperkuat hubungan ekonomi India-Rusia.
2. Persaingan dengan China dan Perubahan Dinamika Asia
Tradisionalnya, kilang independen China (“teapots”) adalah pembeli utama minyak Rusia. Namun, tahun ini, mereka tertekan oleh pajak domestik dan permintaan yang melemah, sehingga porsi India meningkat tajam. India kini menyaingi China sebagai pembeli utama minyak Rusia, memperkuat posisinya dalam negosiasi harga dan kontrak jangka panjang.
3. Diversifikasi Energi dan Ketahanan Nasional
Dengan mengimpor minyak dari Rusia, Amerika Serikat, Afrika, dan Amerika Latin, India berhasil mendiversifikasi sumber energinya. Pada Juni 2025, impor minyak dari Rusia mencapai 2–2,2 juta barel per hari, tertinggi dalam dua tahun terakhir, dan melebihi total impor dari pemasok utama Timur Tengah. Strategi ini mengurangi ketergantungan pada satu kawasan dan meningkatkan ketahanan energi nasional.
Tantangan dan Risiko ke Depan
1. Ketidakpastian Geopolitik
Meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan kemungkinan perubahan kebijakan sanksi Barat bisa memengaruhi kelancaran pasokan dan harga minyak Rusia ke India. India harus terus memantau dinamika global dan menyesuaikan strategi impornya secara fleksibel.
2. Fluktuasi Harga dan Diskon
Diskon minyak Rusia telah berkurang seiring meningkatnya permintaan. Jika harga minyak global turun atau diskon makin tipis, daya tarik minyak Rusia bisa menurun, memaksa India kembali mencari alternatif lain.
3. Tekanan Internasional
Sebagai negara demokrasi besar, India menghadapi tekanan diplomatik dari Barat terkait pembelian minyak Rusia. Namun, hingga kini, pemerintah India tetap menekankan bahwa kebijakan energi mereka didasarkan pada kepentingan nasional dan keamanan pasokan.
Kesimpulan: Peluang, Strategi, dan Langkah ke Depan
Peningkatan pembelian minyak mentah Rusia oleh kilang India adalah hasil dari kombinasi pragmatisme ekonomi, respons terhadap risiko geopolitik, dan strategi diversifikasi nasional. Reliance dan Nayara telah menjadi pemain utama yang mengubah peta perdagangan minyak dunia, sekaligus mengamankan pasokan energi India di tengah ketidakpastian global.
Ke depan, India perlu terus menjaga keseimbangan antara kepentingan ekonomi, ketahanan energi, dan tekanan geopolitik. Diversifikasi sumber, negosiasi kontrak jangka panjang, serta investasi pada infrastruktur dan teknologi kilang akan menjadi kunci untuk memastikan keamanan dan efisiensi pasokan energi nasional.
Bagi pembaca, fenomena ini menjadi pelajaran penting tentang bagaimana strategi energi nasional harus adaptif, berbasis data, dan selalu mempertimbangkan dinamika global. India, melalui kebijakan ini, telah menunjukkan bahwa fleksibilitas dan keberanian mengambil peluang bisa mengubah posisi sebuah negara dalam peta energi dunia.
Referensi utama:
Indian Express, RT, Economic Times, Energy and Clean Air, Bloomberg, New Indian Express, Kyiv Independent
Leave a Reply