Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok telah mengukuhkan diri sebagai pemimpin global dalam pengembangan energi terbarukan, khususnya tenaga surya. Tahun 2025 menjadi tonggak sejarah baru ketika negara ini mencatat rekor penambahan kapasitas tenaga surya yang belum pernah terjadi sebelumnya. Fenomena ini tidak hanya mengubah lanskap energi domestik Tiongkok, tetapi juga membawa dampak signifikan pada pasar energi global, inovasi teknologi, dan upaya mitigasi perubahan iklim. Artikel ini mengulas secara mendalam bagaimana Tiongkok mencapai rekor tersebut, faktor pendorong di baliknya, tantangan yang dihadapi, dan implikasinya bagi masa depan energi dunia.

Lonjakan Kapasitas: Angka dan Fakta Rekor Tenaga Surya Tiongkok

Berdasarkan data resmi Administrasi Energi Nasional (NEA), Tiongkok menambah kapasitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebesar 45 gigawatt (GW) hanya dalam bulan April 2025—angka tertinggi sepanjang sejarah pemasangan bulanan di negara tersebut. Secara kumulatif, dalam empat bulan pertama 2025, instalasi tenaga surya Tiongkok mencapai 104,9 GW, melampaui pencapaian tahun 2024 untuk periode yang sama dan menembus angka 1 terawatt (TW) atau 1.000 GW untuk total kapasitas terpasang. Angka ini setara dengan hampir setengah dari total kapasitas tenaga surya dunia.

Pertumbuhan ini didorong oleh kebijakan pemerintah yang memberikan insentif besar bagi pengembang untuk mempercepat penyelesaian proyek sebelum perubahan sistem harga listrik berbasis pasar diberlakukan pada Mei dan Juni 2025. Selain itu, kebijakan baru yang membatasi instalasi atap dan mencabut perlindungan harga juga memicu lonjakan pemasangan proyek skala besar dan komersial.

Faktor Pendorong: Kebijakan, Inovasi, dan Permintaan Domestik

Kebijakan Pemerintah yang Progresif

Keberhasilan Tiongkok tidak lepas dari strategi nasional yang menempatkan energi terbarukan sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan jangka menengah dan panjang. Pemerintah Tiongkok telah mengadopsi berbagai insentif, mulai dari feed-in tariff (FiT), subsidi, hingga mekanisme kontrak berbasis pasar (contracts for difference/CfD). Kebijakan ini memberikan kepastian investasi dan mendorong percepatan pembangunan proyek tenaga surya, terutama menjelang perubahan kebijakan harga listrik.

Inovasi Teknologi dan Skala Industri

Tiongkok juga memimpin dalam inovasi teknologi panel surya, seperti pengembangan panel bifacial yang mampu menyerap sinar matahari dari dua sisi, serta efisiensi produksi yang terus meningkat. Investasi besar dalam penelitian dan pengembangan (R&D) memungkinkan produsen Tiongkok menekan harga panel surya secara global, sehingga memperluas akses dan adopsi teknologi ini di berbagai negara.

Di sisi lain, skala industri yang masif—baik untuk produksi modul, wafer, maupun sel surya—menjadikan Tiongkok sebagai pusat manufaktur tenaga surya dunia. Data International Energy Agency (IEA) menunjukkan lebih dari 80% rantai pasok global panel surya berasal dari Tiongkok. Hal ini tidak hanya menurunkan biaya produksi, tetapi juga memperkuat daya saing Tiongkok di pasar internasional.

Permintaan Domestik yang Tinggi dan Urbanisasi

Dengan populasi terbesar di dunia dan tingkat urbanisasi yang pesat, kebutuhan listrik di Tiongkok terus meningkat. Energi surya menjadi solusi utama untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara dan menekan emisi karbon. Proyek-proyek raksasa seperti Datong Solar Power Plant di Gurun Gobi dan pengembangan “Great Solar Wall” di Mongolia Dalam menunjukkan bagaimana Tiongkok memanfaatkan lahan luas yang kurang produktif untuk membangun PLTS skala utilitas.

Dampak dan Implikasi: Dari Transisi Energi hingga Ekonomi Global

Kontribusi Terhadap Transisi Energi dan Target Iklim

Tiongkok telah melampaui kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara dengan kapasitas gabungan angin dan surya, menandai era baru dalam bauran energi nasional. Pada kuartal pertama 2025, kapasitas terpasang angin dan surya mencapai 1.482 GW, melampaui kapasitas termal. Ini merupakan langkah penting dalam upaya Tiongkok mencapai puncak emisi karbon pada 2030 dan netralitas karbon pada 2060.

Selain itu, pada April 2025, tenaga surya menyumbang 11% dari total pembangkitan listrik nasional—sebuah rekor dunia untuk periode empat bulan pada satu negara. Secara keseluruhan, energi terbarukan kini menyumbang 67,5% dari total kapasitas pembangkitan listrik Tiongkok.

Pengaruh Terhadap Industri Global

Dominasi Tiongkok dalam industri surya global membawa dampak besar pada harga dan pasokan panel surya di seluruh dunia. Harga modul dan wafer surya terus menurun sejak April 2025, membuat energi surya semakin kompetitif dibandingkan sumber energi konvensional. Namun, kelebihan pasokan dan persaingan ketat juga menekan margin keuntungan produsen, bahkan menyebabkan kerugian bagi lima produsen terbesar di Tiongkok pada kuartal I/2025.

Tantangan: Kelebihan Kapasitas, Grid, dan Kebijakan

Meskipun pertumbuhan pesat, industri surya Tiongkok menghadapi tantangan serius. Permintaan mulai melandai setelah perubahan kebijakan, sementara kelebihan kapasitas produksi menyebabkan tekanan harga dan potensi kerugian finansial. Selain itu, keterbatasan kapasitas jaringan listrik (grid) menjadi hambatan utama dalam integrasi energi terbarukan secara optimal. Pemerintah kini fokus pada peningkatan infrastruktur jaringan dan penyimpanan energi untuk mengatasi masalah ini.

Studi Kasus: Inovasi dan Implementasi di Lapangan

Salah satu inovasi terbaru datang dari Universitas Tianjin, yang berhasil mengembangkan teknologi “daun artifisial” untuk konversi tenaga surya menjadi hidrogen dengan efisiensi rekor 5,1%. Teknologi ini menawarkan potensi besar untuk penyimpanan energi bersih dan mendukung transisi ke ekonomi hidrogen di masa depan.

Di tingkat rumah tangga, konsep EcoSmart Home yang dikembangkan oleh perusahaan seperti GoodWe memungkinkan pengguna memantau, menyimpan, dan mengelola konsumsi energi surya secara real-time, meningkatkan efisiensi dan kemandirian energi rumah tangga.

Kesimpulan: Pelajaran dan Langkah ke Depan

Rekor baru penggunaan tenaga surya di Tiongkok tahun 2025 membuktikan bahwa transisi energi bersih dalam skala besar bukanlah mimpi, melainkan kenyataan yang dapat dicapai melalui kombinasi kebijakan progresif, inovasi teknologi, dan investasi masif. Tiongkok telah menjadi contoh global dalam pengembangan energi terbarukan, baik dalam skala proyek, efisiensi, maupun integrasi ke sistem energi nasional.

Namun, keberhasilan ini juga membawa tantangan baru—dari kelebihan kapasitas, fluktuasi permintaan, hingga kebutuhan peningkatan infrastruktur jaringan dan penyimpanan energi. Untuk mempertahankan momentum, Tiongkok perlu terus berinovasi, memperkuat regulasi, dan mendorong kolaborasi internasional.

Bagi negara-negara lain, pelajaran utama dari Tiongkok adalah pentingnya visi jangka panjang, dukungan kebijakan yang konsisten, dan investasi berkelanjutan dalam riset serta pengembangan. Dengan demikian, dunia dapat bergerak lebih cepat menuju masa depan energi bersih, terjangkau, dan berkelanjutan.

“China dengan cepat dan berhasil meningkatkan penerapan energi terbarukan dan telah menjadi investor terbesar dalam energi terbarukan secara global. Ini adalah penyebab dan konsekuensi dari turunnya biaya energi terbarukan dengan cepat dibandingkan dengan tenaga batu bara.”
— Byford Tsang, E3G Climate Think Tank

Dengan pencapaian ini, Tiongkok tidak hanya memecahkan rekor, tetapi juga membuka jalan bagi revolusi energi global yang lebih hijau dan inklusif.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *