Bergembira ria Serta Meningkatkan Literasi Di Taman – taman Jakarta- Sejumlah halaman di Jakarta ditata dibuka 24 jam jadi ruang berekspresi.
Apa itu halaman Kamus Besar Bahasa Indonesia daring mengartikannya selaku tempat buat berhura – hura ataupun tempat yang mengasyikkan. kencana69 Memanglah sepatutnya sedeberota mikian itu, bukan? Di halaman, orang tiba buat bergembira ria. Apalagi, benih- benih literasi berkembang tanpa banyak suara.
Silmi( 34) sesungguhnya tidak sering ke halaman. Bukan sebab berat kaki. Tempat tinggalnya di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, sedikit ruang terbuka hijau yang reda, besar, serta nyaman.
Terdapat eco park memiliki pihak swasta. Tetapi, beliau serta keluarga cuma sebagian kali ke situ buat jalan- jalan di pagi hari.
Baca Pula Kesimpulannya, sesuatu hari beliau memperoleh anjuran yang menarik. Sepupunya menceritakan mengenai Baca Serempak Silent Book Club Jakarta.
Pekan( 25 atau 5 atau 2025) yang kemudian jadi kali awal beliau turut silent book club di Halaman Duku, Jakarta Selatan. Luang terdapat perasaan dag- dig- dug sebab khawatir nyasar serta telanjur. Hendak namun, seluruh lenyap dengan girang hati.
” Alhamdulillah, mengasyikkan. Halaman Duku tuh amaze( luar biasa) betul. Marak amat sangat. Sekalian cemburu pula, mengapa di daerahku( Bekasi) enggak terdapat yang demikian ini,” tutur Silmi pada Rabu( 28 atau 5 atau 2025).
Banyak masyarakat beraktifitas di Halaman Duku dikala silent book club. Terdapat anak muda, suami- istri, keluarga, sampai mereka yang menikmati durasi seseorang diri.
Gaduh kecil itu tidak mengusik Silmi. Beliau larut dengan roman Joget Desa Paruk buatan Ahmad Tohari. Sedemikian itu pula partisipan yang lain yang karam dalam pustaka tiap- tiap.” Aku niatkan buat teratur tiba tiap bulan,” ucap Silmi.
Hasrat ini tidak bebas dari opini yang diterima. Beliau dapat membaca novel dengan aman tanpa wajib menghabiskan banyak tenaga buat dialog pustaka.
Noka Liana( 27) pula melepas capek dari sesaknya Jakarta di halaman. Terlebih terdapat silent book club yang menawarkan atmosfer terkini.
Pekerja kantoran ini teratur beraktifitas di halaman semenjak dini 2025. Paling tidak sekali seminggu buat bersantai, membaca novel, ataupun semata- mata jalan- jalan di pagi hari.
” Jika letih sehabis bertugas ataupun jenuh serupa atmosfer kosan, aku sempatin pula ke halaman meski cuma makan cilok,” seloroh Noka.
Belum lama, beliau terus menjadi menikmati kegiatan di halaman dari turut silent book club. Aktivitas itu istimewa sebab serasa membaca dengan style berekreasi dalam durasi 60 menit bersama orang tidak diketahui.
Walaupun sedemikian itu, mereka dapat bermacam catatan pustaka di akhir tahap. Apalagi, mayoritas novel yang belum sempat dikenal Noka lebih dahulu.” Halaman di Jakarta telah terus menjadi baik, aman, banyak yang tiba. Tetapi, penguasa lebih proaktif dong mensupport aktivitas literasi,” cakap Noka.
Salah satunya menaikkan tempat baca. Tidak cuma aman ataupun mencukupi, namun dapat dijangkau oleh siapa juga. Setelah itu, bekerja sama dengan komunitas buat aktivitas yang memantik atensi baca, semacam silent book club.
Baca Serempak Silent Book Club Jakarta dinobatkan oleh bookstagrammer Hestia Istiviani semenjak 24 Agustus 2019 sampai dikala ini. Tahap terakhir pada 25 Mei kemudian telah diiringi sampai 500 orang.
Beliau tidak beranggapan hendak banyak peminat. Karena, ilham dini tiba sehabis membaca postingan mengenai silent book club yang berasal di San Francisco, Amerika Sindikat, serta pengalaman pribadinya.
Aktivis literasi ini besar dalam pengasuhan orangtua kutu novel alhasil merasa kalau membaca antap bersama merupakan kenormalan. Tetapi, beliau merasa kesepian sebab tidak memiliki sahabat membaca antap kala alih dari Surabaya ke Jakarta buat meniti karir.
” Ditambah lagi tahun 2019 merupakan tahun di mana aku wajib merasakan patah batin,” ucap Hestia kala dihubungi terpisah.
Awal mulanya, partisipan cuma sesama pembaca yang telah mengenalinya dari alat sosial X serta Instagram. Saat ini, muncul wajah terkini yang didominasi abdi belia serta pekerja kantoran.
Kemajuan ini tidak bebas dari berperan alat sosial selaku penyebar data serta pemilihan. Unggahan mengenai silent book club membuat banyak orang penasaran.
Tetapi, salah satu perihal yang disyukurinya kala terletak serta bermukim di Jakarta yakni penguasa yang muncul. Walaupun kedatangan itu sedang standar yang minimun( bare minimal).
” Ruang khalayak yang leluasa digunakan terus menjadi banyak. Membolehkan aku serta aktivis literasi lain buat dapat beraktifitas tanpa takut mempertimbangkan bayaran carter tempat” tutur Hestia.
Halaman Duku, misalnya, jadi alternatif tamasya sedikit bayaran buat seluruh golongan. Aksesnya pula terjangkau dengan angkutan biasa.
Satu pinta Hestia. Penguasa menyusun ceruk birokrasi dengan nyata untuk masyarakat ataupun komunitas yang mau melangsungkan aktivitas di halaman. Sepanjang ini terdapat rasa cemas. Khawatir seketika dibubarkan ataupun kena bea bayaran dari pihak khusus.
” Data yang nyata serta tembus pandang pada saluran data penguasa ataupun biro terpaut hendak mempermudah khalayak ataupun aktivis literasi semacam aku buat melangsungkan aktivitas di halaman,” tutur Hestia.
Keinginan masyarakat hendak ruang terbuka hijau ini masuk 40 program hasil terbaik kilat( quick wins) 100 hari awal Gubernur serta Delegasi Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung- Rano Karno. Mereka membuka halaman 24 jam supaya jadi ruang mimik muka yang nyaman serta aman dan saluran harapan masyarakat.
5 halaman telah mulai dibuka 24 jam tiap hari semenjak Jumat( 16 atau 5 atau 2025). Halaman itu yakni Halaman Menteng serta Halaman Alun- alun Banteng di Jakarta Pusat, dan Halaman Duku, Halaman Ayodya, serta Halaman Literasi Marta Christina Tiahahu di Jakarta Selatan.
Pramono- Rano mau memperkenalkan halaman yang hidup serta inklusif, dan menyehatkan wajah kota di tengah minimnya ruang terbuka hijau. Denah ruang terbuka hijau dalam halaman Jakarta Satu membuktikan, luasan ruang terbuka hijau di Jakarta terkini melingkupi 35, 99 km persegi. Cakupannya cuma 5, 45 persen dibanding dengan besar area 660, 98 kilometer persegi( BPS Jakarta, 2025),
Jangkauan itu terdiri dari 2. 232 RTH, 1. 710 rute hijau, 1. 335 halaman area, 130 halaman interaktif, 112 hutan kota, 110 penguburan, 83 halaman kota, serta yang lain. Sangat banyak terdapat di Jakarta Timur 24, 51 persen. Menyusul di Jakarta Selatan 23, 63 persen, Jakarta Utara 19, 49 persen, Jakarta Pusat 11, 76 persen, Jakarta Barat 10, 09 persen, serta lebihnya 6, 21 persen.
” Buat awal halaman 24 jam, membela serta anti enggak apa- apa. Yang enggak sepakat enggak harus tiba, yang sepakat nikmati,” tutur Pramono seusai meninjau penggalian kali di Kebon Melati, Jakarta Pusat, pada Senin( 26 atau 5 atau 2025).
Terbebas dari membela serta anti, politisi PDI Peperangan ini menyambut banyak jawaban positif bersamaan kebijaksanaan itu. Alun- alun Banteng, misalnya, dengan pencerahan yang baik dapat jadi tempat berolahraga pada malam hari.
Tidak cuma halaman. Pemprov DKI Jakarta memanjangkan jam operasional bibliotek di dasar naungannya sampai jam 22. 00 Wib. Tahap ini bermaksud tingkatkan akses masyarakat pada sarana pembelajaran, tercantum museum sekalian komitmen menghasilkan kesamarataan sosial.
Mantan Sekretaris Dewan menteri ini ikut menyinggung perihal itu dalam forum JAKINVEST: Membuka Kesempatan Pemodalan buat Alih bentuk Jakarta Mengarah Maksimum 50 Kota Garis besar yang diselenggarakan di Gedung Kota Jakarta, Selasa( 27 atau 5 atau 2025) malam.
Beliau mengutarakannya di hadapan badan fitur wilayah, perusahaan konsultan manajemen garis besar yang menerbitkan salah satu indikator kota garis besar( garis besar city index), ialah AT Kearney, dan penanam modal.
Program penting serta awal yang dituntaskan Pramono merupakan pembelajaran pangkal rumput. Karena, banyak masyarakat belum asian alhasil wajib dipotong garis ketidakberuntungan. Seperti itu kenapa akseptor Kartu Jakarta Cerdas( KJP) Plus serta Kartu Jakarta Mahasiswa Menang( KJMU) free masuk ke halaman, museum, serta tempat darmawisata.
” KJP serta KJMU agunan untuk keluarga tidak sanggup. Mengapa free ke museum, halaman, serta bibliotek. Buat mensugesti kanak- kanak supaya memiliki mimpi,” tutur Pramono.
Balik ke hakikatnya. Di halaman, masyarakat berhura- hura. Melaksanakan keadaan mengasyikkan, tercantum menyuburkan mimpi buat hidup yang lebih bagus.
Tiap akhir minggu, beberapa halaman di Jakarta berganti jadi ruang khalayak yang hidup, bukan cuma oleh banyolan tawa kanak- kanak serta gemericik air mancur, namun pula oleh barisan novel, aktivitas membaca bersama, sampai pementasan dongeng yang menggugah angan- angan. Di tengah hiruk- pikuk ibukota, taman- taman kota saat ini menjelma jadi kantong- kantong literasi yang apa adanya tetapi berakal.
Kejadian ini tidaklah bertepatan. Dalam sebagian tahun terakhir, Penguasa Provinsi DKI Jakarta bersama beberapa komunitas sudah aktif menggerakkan aktivitas literasi di ruang terbuka. Mengangkat antusias“ Jakarta Membaca”, program- program semacam“ Halaman Baca Orang”,“ Baca di Halaman”, serta“ Pentas Literasi Anak” lalu berkembang serta menabur ke bermacam ujung kota.
Novel di Antara Tumbuhan serta Rerumputan
Halaman Menteng, Halaman Ayodya, Halaman Suropati, sampai Halaman Mataram saat ini bukan cuma posisi berswafoto ataupun bersantai. Di situ, rak- rak novel kecil berdiri berdiri di dasar rindangnya tumbuhan. Kanak- kanak nampak bersandar melingkar sembari mencermati narasi dari sukarelawan. Tidak jauh dari mereka, para orang berumur ikut membaca, ataupun semata- mata mendampingi sembari bertukar pikiran enteng dengan aktivis literasi.
“ Awal mulanya kita cuma menaruh sebagian novel narasi anak di kursi halaman, nyatanya responsnya amat positif,” ucap kekal Bidadari, salah satu sukarelawan dari komunitas Novel Jalanan Jakarta.“ Saat ini, tiap Sabtu petang, kita dapat mengakulasi lebih dari 50 anak. Sebagian apalagi tiba dari kecamatan lain.”
Kedatangan komunitas semacam Novel Jalanan, Ransel Novel, serta Halaman Baca Kisaran Jakarta jadi motor penting aktivitas ini. Mereka sediakan buku- buku pustaka, membacakan narasi, melangsungkan tes, sampai melatih keahlian menulis untuk kanak- kanak.
Dari Dongeng ke Bumi Imajinasi
Salah satu energi raih penting aktivitas ini merupakan tahap bercerita. Di Halaman Suropati, misalnya, tiap pekan petang, pentas kecil dari dasar karpet serta boneka tangan jadi besi berani untuk kanak- kanak. Kak Lala, seseorang pencerita handal, dengan penuh mimik muka membacakan narasi orang semacam“ Sang Kancil serta Buaya” ataupun“ Batu Meratap”.
“ Kanak- kanak memerlukan narasi yang membangkitkan energi khayal mereka. Dari dongeng, mereka berlatih nilai- nilai kehidupan,” tutur Kak Lala, yang berterus terang sudah lebih dari 10 tahun aktif bercerita di ruang khalayak.
Kanak- kanak yang muncul juga tidak semata- mata jadi pemirsa adem ayem. Mereka dibawa buat menduga jalur narasi, main kedudukan, apalagi menghasilkan akhir narasi sendiri. Inilah yang membuat literasi di halaman terasa berbeda—interaktif, mengasyikkan, serta memegang marah.
Halaman selaku Ruang Kerakyatan Literasi
Dalam kondisi kota besar semacam Jakarta, akses kepada novel serta aktivitas literasi sedang jadi tantangan. Bibliotek resmi belum seluruhnya menyeluruh serta ramah anak. Taman- taman kota, dengan akses yang free serta ruang terbuka, jadi pemecahan yang inklusif.
“ Literasi itu bukan pertanyaan dapat membaca saja, tetapi pula menguasai, mengkritisi, serta menghasilkan,” ucap Rino Karno, ketua program Baca di Halaman.“ Halaman membagikan atmosfer nonformal yang aman, tidak memencet, alhasil kanak- kanak lebih terbuka buat berlatih.”
Tidak hanya kanak- kanak, aktivitas literasi di halaman pula menyimpang anak muda serta orang berusia. Di Halaman Ayodya, misalnya, diadakan klub dialog novel tiap 2 pekan. Sedangkan di Halaman Menteng, ada penataran pembibitan menulis syair serta cerpen yang diselenggarakan oleh komunitas Pen Hijau.
Penguasa serta Komunitas, Silih Menopang
Pemprov DKI Jakarta tidak bermukim bungkam. Melalui Biro Bibliotek serta Kearsipan Wilayah, penguasa mensupport aktivitas ini dengan sediakan buku- buku pustaka, kamp, dan perlengkapan audio. Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, apalagi mengatakan program literasi di halaman selaku“ jantung dari kota humanis”.
“ Kita mau menghasilkan Jakarta selaku kota yang tidak cuma mutahir serta modern, tetapi pula pintar serta beradab,” ucap Heru dalam salah satu kunjungannya ke Halaman Literasi Martha Christina Tiahahu di Gulungan Meter.
Tidak hanya itu, pemkot pula sediakan penataran pembibitan untuk sukarelawan serta penyedia halaman baca, dan membuat sarana halaman yang lebih ramah anak, semacam kursi baca, tempat mencuci tangan, serta pencerahan malam.
Membuat Kerutinan, Menabur Harapan
Dampak dari aktivitas literasi di halaman telah mulai nampak. Bagi informasi Biro Bibliotek DKI Jakarta, terjalin kenaikan atensi baca sebesar 23% pada kanak- kanak umur 7–12 tahun di area yang teratur melangsungkan aktivitas halaman baca. Orang berumur juga berterus terang lebih gampang mengajak kanak- kanak mereka buat membaca sebab suasananya mengasyikkan.
“ Dahulu anak aku lebih senang bermain kerja. Saat ini ia memohon dibawa ke halaman buat turut adu narasi,” tutur Reni, bunda 2 anak dari wilayah Tebet.
Aktivitas literasi di halaman pula menguatkan ikatan sosial antarwarga. Banyak orang dari bermacam kerangka balik bersandar bersama, memberi narasi, serta silih berlatih. Di tengah kota yang penuh tantangan sosial, taman- taman ini jadi titik pertemuan yang penuh impian.
Penutup: Menyemai Era Depan Melalui Taman
Aktivitas literasi di taman- taman Jakarta membuktikan kalau adat membaca dapat berkembang di mana saja, asal terdapat hasrat serta kebersamaan. Di dasar langit biru serta rindang pepohonan, kanak- kanak berlatih menyayangi graf untuk graf, tutur untuk tutur, serta kesimpulannya bumi.
Halaman, tempat kita bergembira ria, pula saat ini jadi cerang buat meningkatkan literasi. Serta bisa jadi, di sesuatu hari esok, dari bangku- bangku halaman inilah lahir para pengarang, atasan, serta pemimpi era depan Indonesia.